Waktu seakan berhenti kala ku duduk di tangga dan melihat awan berselimut mendung.
Terdengar sekelompok angin berlari-lari dan menabrak pepohonan.
Gemuruh awan hitam tebal bertabrakan seakan tepat di atas kepalaku.
Benakku terdengar menggumam dan tak jelas ingin mengungkap apa.
Siang menjelang sore itu membuatku merasakan cuaca hati yg buruk.
Sebuah keburukan mengingat masa lalu.
Keburukan yg kekal dan tak bisa diterima nalar.
Layaknya badai akan datang hari ini, seperti hati yg tak karuan saat ini.
Mencoba bertahan seperti karang me
Berusaha melawan seperti pasir di bibir lautan.
Tapi aku tetap terhanyut dalam melodi guntur dan gemuruh hati.
Kenapa aku ini?
Kenapa aku ini?
Seperti orang tak berakal yg sedang berhayal.
Sejenak aku termenung ketika awan semakin murung dan mendung.
Teringat pula masa lalu selalu membuat bingung.
Harusnya ku sadari dia telah menyakiti hati ini.
Seperti hujan yg telah meninggalkan para awan.
Harusnya ku tau dia telah pergi.
Dia telah pergi...
Dan dia telah pergi...
Akhirnya ku ketahui hujan membasahi bumi.
Dan aku terbangun dari keburukan mimpi.

0 komentar:
Posting Komentar